Aku sebenarnya sudah menunggu-nunggu film ini, seperti apa ya nantinya... karena novelnya buener-buener buagusssssss....
Mau cerita novelnya dulu ah.........
Sebelum benar2 baca sebenarnya aku udah lama mendengar laskar pelangi ini... gak tertarik untuk membacanya sama sekali.....sampai suatu saat mbak yanti, teman kantorku membeli 3 buku seri laskar pelangi. hehehe sebenarnya laskar pelangi ini adalah buku pertama, buku yang kedua judulnya Sang Pemimpi dan Edensor pada buku yang ketiga. Aku masih tidak tertarik pada saat itu, walaupun semakin banyak yang reccommend buku ini. rencananya emang aku mau pinjam buku mbak yanti selepas dia selesai membaca walau harus menunggu lama. suatu hari mbak yanti ngomong ke aku, dia belum bisa menikmati membaca laskar pelangi karena pada awal-awal halaman ceritanya lambat dan bertele-tele.
Iseng-iseng kubaca sambil lalu...... pertama-tama aku masih bingung.... ini cerita apaan seh...masih meraba-raba. setidaknya itu kualami sampai sekitar 5 halaman awal. Aku masih belum bersenyawa sama jalan ceritanya.
“ ……2 orang guru yang harap-harap cemas sekolahnya akan ditutup jika murid yang mendaftar tidak genap 10 orang……”
Mungkin disitulah menariknya, Andrea Hirata (AH) mampu membangun emosiku. Dari yang pertama-tama biasa..cuek..mengernyit….jadi terkejut…heran …penasaran…. dan selanjutnya bisa ditebak……seperti seseorang yang belajar berenang suatu saat kita harus tersedak air dahulu, bersusah payah, naik ke permukaan, tapi sekali kita sudah menguasai air, semakin nikmatlah kita untuk menyelam dalam air, kedasar sekalipun. Hal itu lah yang terjadi denganku…… laiknya seorang pemula yang baru belajar memahami isi laskar pelangi, meraba-raba di 5 halaman awal, tapi bener-bener terhanyut di halaman berikutnya…tertawa, sedih , miris, senang, terharu (ekspresi terharu ini yang paling membuatku berkesan). Tertawa dengan tingkah polah anak-anak laskar pelangi ketika dengan liar nya melakukan atraksi ala afrika, sedihnya melihat lintang yang tidak bisa sekolah lagi, mirisnya hati ini melihat kondisi tempat sekolah laskar pelangi dan terharunya hati ini melihat perjuangan Bu Muslimah dan Pak Harfan dalam memajukan pendidikan di tanah belitung ini.
Sebagai penikmat novel laskar pelangi, sulit rasanya menemukan kelemahan pada novel ini. Gilee benerr …sip pokoknya. Kalau akhirnya mencari-cari sih bagiku ada 2 hal yang mengganggu, tapi gak tau ya apakah ini yang disebut kelemahan atau bukan, setidaknya mungkin sudut pandang orang beda-beda, bagi ku mungkin mengganggu bagi orang lain malah justru sebaliknya. Pertama adalah memang di bagian awal atau halaman awal, orang yang merasa cepat bosen akan menutup bukunya lebih awal (tapi pls jangan ditutup, Cuma di halaman awal aja kok, ehehehe).
Yang kedua kalinya adalah seringkali untuk membahas urusan sepele, AH membahasnya terlalu detail (sampai kurang lebih 5 halaman). Bagiku ini memang agak mengganggu sih tapi tetep tidak mengurangi kenikmatan dalam alur ceritanya.
Sekarang giliran filmnya …..
Sebenernya agak telat sih mengomentari film ini, udah sejak tanggal 25 September film ini launch. Kalau sekarang baru dikomentari sih emang sudah telat, hehehe.
Saking penasaran sama filmnya aku nonton sejak pertama kali film ini launch (25 September 2008), di blitz megaplex waktu itu, aku masih ingat. Waktu itu masih bulan Ramadhan. Ceritanya begini. aku sebenernya udah tau kalo film ini bakal launch pertama kali pada tanggal 25 September. Siangnya sebenernya aku udah niat untuk nonton film ini, tapi karena ada titipan dari keluarga (ceritanya mau mudik neh), maka niat awalnya sih kutunda aja. Rencana emang mau nonton di Setiabudi 21, siang aku udah nanya sih, masih banyak yang kosong untuk yang malam. Lega nih pikirku. Tapi karena abis kerja aku langsung beliin pesenan Adik dan Bapakku. Lama banget karena nyari ukuran baju yang pas untuk ayahku sulit banget (ohhhh aryo beli baju to….).
Sampe jam setengah 7 baru kelar. Aku coba tanya lagi apakah masih ada seat kosong untuk jam 10 ? olala ternyata hampir semua seat udah terisi penuh tinggal yang depan-depan aja. Yah terpaksa aku batalkan niat ku menonton di setiabudi… gapapa deh abis lebaran aja aku nonton….. setidaknya sementara itu niat awalku.
Seperti biasanya lalu aku melaksanakan sholat tarawih, lalu aku masih ingat ada barang- barang yang masih harus kubeli. Soalnya di semanggi pesenan adik dan bapakku masih kurang (gileee banyak benerrr), karena 2 hari lagi aku mau mudik terpaksa malam itu juga aku ke grand Indonesia untuk cari barang. Mission accomplish…..pesenan mereka udah selesai. Langsung pulang ?? niatnya sih iya ,,,, tapi iseng-iseng coba ah ke Blitz Megaplex di lt 8, masih ada gak ya seat untuk laskar pelangi, iseng aku nanya ke penjaga loketnya, mmhh great…. Ternyata tiketnya masih banyak …….dapat yang paling belakang. Coz aku nonton yang paling malam, sekitar jam 10 an lebih, yaudah deh, I changed my mind immediately, without think twice, I did it !!!!!.....Sendirian. Yah sendirian. Di Blitz gitu loh sendirian….aku malu banget….kepengen banget segera mulai…. Nunggunya malu banget …. A lot of couples there….i am alone. Mau kenalan ma cew ?? ga ada yang sendirian atau kalo gak bisa digampar ma cow nya. Hiks..hiks… Untung ada MP3 player…sedikit menemani. Tak lama kemudian dengan ditemani sebotol NuGreen Tea dan PopCorn, dimulailah filmnya.
Aduh kok jadi kelamaan neh, tadinya kan mau langsung kesini,……….langsung aja ya
……Seperti biasa lah kalo ada film adaptasi dari novel, jangan berharap deh akan sebagus atau lebih bagus dari novelnya (sorry lum baca harry potter, liat filmya udah bagus banget, tapi kata temanku novel nya jauhhhh lebih dahsyat. Kata temanku lagi film Lord of the Ring, jauh lebih bagus dari novelnya, masa sih ??????)
emang sih kalo film produksi miles emang Te O Pe punya……bagus…bagus sih emang filmnya….walau emang gak sedetail filmnya…tapi kok sebagian besar (atau seluruhnya ya ?) film-film Miles kok mesti ada Mathias Mutchus ya….hehehe. biar irit biaya produksi ya Mbak??
Film besutan Riri Reza ini mengambil setting pulau Belitong yang sangat indah pemandangan alamnya. Riri dengan begitu apiknya menerjemahkan keindahan alam Belitong melalui filmnya….bagus,….. teringat waktu menonton anak seribu pulau karya Garin. Sangat bagus pengambilan gambarnya. Riri mampu menerjemahkan bagian-bagian penting dari novel AH dengan sangat baik dan teliti.
Sebelum film ini lahir, waktu ada adegan seputar menari ala afrika, aku berpikir gmana ya bentuk adegan ini ketika difilmkan, tapi ketika sudah dalam bentuk film, mmhhh nice. Lumayan penggambarannya. Walau agak kurang sangar dalam cara tariannya. Harusnya bagaimana sangar dan liarnya tarian ala afrika di novel AH bisa lebih dieksplore di filmnya.
Yang sedikit menggangu adalah mengapa harus Mathias Mutchus dan Rieke Dyah Pitaloka… kalo boleh memberi saran sih untuk pemeran pembantu (bapak dan ibu Ikal) harusnya seperti laskar pelangi, diambil dari penduduk aslinya. Di novel digambarkan bahwa bapak Ikal adalah seorang laki2 pendiam yang berbadan kurus….di film ?? okelah Mathias Mutchus sukses menjadi bapak yang pendiam, tetapi untuk ukuran tubuh, masih jauhlah kalo dibilang kurus hehehehe… lagian menurut hematku untuk ukuran figuran yang gak banyak scene, harusnya emang lebih baik diperankan oleh orang yang tidak terkenal, bisa bintang film yang masih baru atau orang belitong asli, orang kebanyakan udah pernah melihat Mathias dan Rieke, khusus untuk Rieke, aku masih belum mampu melupakan cara bicara dia, masih seperti di bajaj bajuri……. Agak terpecah konsentrasiku……
Acungan jempol pantas diberikan pada Mahar, salah satu laskar pelangi yang diceritakan mempunyai jiwa seni yang tinggi…. Untuk ukuran orang asli belitong yang baru menghadapi kamera, aktingnya cukup natural…..tidak terkesan baru belajar. Bagus.
Tora sudiro?? Lebih baik juga bila diganti oleh bintang film yang belum begitu dikenal…. Melihat tora sudiro, heheheh rasanya kok seakan apa yang diucapkannya masih berbau komedi ya…..wakakakakka…..keseringan di xtravaganza sih….
Tapi daripada semua itu, bolehlah film ini disebut bagus (gak tau ya, kenapa kok AH sampe bilang film nya lebih bagus daripada novel yang dibuat, strategi marketing tentunya J)
Film ini bener-bener cocok untuk segala umur, mulai dari SBY, Din Syamsuddin, sampe tetangganya tetanggaku (looohh?? Iya maksudnya aku) pun juga menyarankan untuk melihat film ini, hehehe….
menurutku ini gak sekedar film, tapi sudah merupakan motivasi bagi kita untuk melihat dengan lebih visioner, bahwa ternyata masih banyak (masih banyak atau masih ada ya ?) bocah-bocah di nun jauh disana yang sangat antusias untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Lihat bocah-bocah di sekeliling kita (baca : di kota), kalo boleh jujur semangat seperti mereka semakin redup.
Oleh karena itu dengan adanya novel dan film laskar pelangi ini seyogyanya membuat kita semua sadar, mulai dari kita sendiri, sebagai entitas individu sampai pemerintah.
Sebagai individu kita seharusnya belajar dari novel dan film ini, bagaimanapun kita harus bersyukur bahwa kita telah diberi fasilitas yang lebih baik daripada mereka yang di pelosok, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memanfaatkannya….ingat bagaimana perjuangan saudara-saudara kita untuk memperoleh pendidikan yang layak sebagaimana yang telah kita dapatkan di kota-kota besar.
Semoga saja dengan adanya novel dan film ini, bisa membuat pemerintah semakin sadar dan mawas diri, bahwa pendidikan itu sangat penting….
“Punten Pak…..”
“Bapak-bapak dan Ibu-I bu yang di pemerintah dan yang di DPR, tolonglah sediakan minimal 20 % dari APBN untuk pendidikan….janganlah di korup….akankah kita menjadi bangsa selalu terjajah oleh bangsa lain….? Kita sudah menjadi budak di Negara kita sendiri…..dengan pendidikanlah yang bisa mengubah status kita untuk menjadi majikan kembali….”
Yang terakhir kalinya, semoga novel dan film laskar pelangi ini bisa menjadi awal terbentuknya pelangi bagi pendidikan di Indonesia…..tentunya pelangi yang bisa dilihat dan dinikmati oleh semua lapisan……….tak hanya oleh lapisan atas saja…..Tentunya pelangi yang bisa menjadi jembatan bagi anak bangsa untuk bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa kita menjadi yang terdepan, terhormat, dan disegani…Amin
Terakhir kalinya lagi (kalau ini bener2 yang terakhir) semoga n film ini menjadi sebuah pelangi yang mewarnai khasanah film bermutu di Indonesia dan lebih mendorong untuk terciptanya film2 bermutu dan menjadi inspirasi…. Soe Hok Gie sudah…Janji Joni sudah, Berbagi suami sudah…..
Naga Bonar sudah, Ayat-ayat cinta sudah, Laskar pelangi sudah.
Whats the next ???.hmmmm let see……